Nama : Amanda Tiara Prameswari
Nim : 236120900050
Dosen Pengampu : Bpk.Tofan Tri Nugroho,S.E.,M.M.
Prodi : Bisnis Digital
Fakultas : Bisnis,Hukum dan Ilmu Sosial
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
KEPRIBADIAN
Kepribadian atau personality berasal dari kata persona(bahasa
latin), yaitu topeng yang digunakan dalam drama untuk menunjukkan peran
tertentu atau penampilan yang bukan sebenarnya. Semua orang terlahir dalam
keadaan belum memiliki kepribadian bagai kertas putih yang kosong.
Banyak hal yang bisa membentuk kepribadian individu,
lingkungan juga membuat kepribadian tiap individu berbeda-beda. Kepribadian
individu sangat mempengaruhi seseorang dalam berperilaku dan bertindak. Karena
kepribadian yang menggerakkan kita akan melakukan suatu hal.
Teori-Teori Kepribadian
Teori kepribadian-Pekerjaan oleh John Hollad (Person-Job Fit)
Adalah teori
yang dipakai dalam upaya mencocokkan persyaratan pekerjaan dengan karakteristik
kepribadian. Dalam teori ini orang-pekerjaan sangat cocok, artinya karakter dan
kemampuan yang dimiliki orang tersebut sesuai dengan pekerjaan yang ditugaskan.
Hal ini efektif untuk meningkatkan kepuasan dan hasil kerja.
Jadi teori ini memberikan kesempatan bagi individu untuk
menyesuaikan pekerjaan dengan minat, kepribadian, dan kemampuan dapat menjadi
pendekatan yang efektif antara pemimpin dan karyawan.
Person-Organization
Fit
Kepribadian yang dimiliki
setiap individu menggerakkan untuk pemilihan organisasi mana yang cocok dengan
pribadi mereka. Orang-organisasi pada dasarnya mencari mana yang cocok dengan
pribadi masing-masng, berarti orang
tersebut tertarik dan terpilih oleh organisasi atas nilai atau kemampuan
yang dimiliki.
Misalnya ada orang yang memiliki kepribadian ekstrovert berharap cocok ketika memilih organisasi yang berhubungan dengan nilai dan sosialisasi. Dan orang introvert akan lebih cocok memilih organisasi yang berhubungan dengan seni dan medsos.
Ada beberapa teori kepribadian yang dapat membantu memahami perilaku individu, antara lain :
The
Myers-Brigss Type Indicator (MBTI)
MBTI adalah
instrumen penilaian kepribadian yang paling banyak digunakan di dunia. Ini
adalah tes kepribadian dengan memberikan seratus banyak pertanyaan yang menanyakan
kepada orang-oarang bagaimana perasaan atau tindakan mereka dalam suatu
situasi.
Hasil dari
respon orang-orang yang telah melakukan tes dapat diklasifikasikan menjadi
ekstrovert atau introvert (E atau I),
sensing atau intuitif(S atau N),
berpikir atau merasakan (T dan P),
dan menilai atau memahami (J atau P).
• Ekstrovert VS
Introvert (E atau I)
Ekstrovert adalah orang yang ramah, mudah bergaul, dan tegas.
Introvert adalah orang yang pendiam dan pemalu.
• Penginderaan(sensing)
VS Intuitif(S atau N)
Tipe penginderaan bersifat praktis dan lebih menyukai hal-hal
yang rutin, ketertiban, dan fokus pada detail.
Intuitif mengandalkan
proses bawah sadar dan menilai gambaran besarnya, sering kali spontan.
• Berpikir(Think)
VS Perasaan (T dan P)
Tipe berpikir menggunakan akal dan logika untuk menangani
masalah.
Tipe perasaan bergantung pada nilai emosi pribadi mereka.
• Menilai(Judge)
VS Mempresepsi (J atau P)
Tipe penilai menginginkan kendali dan lebih menyukai
keteraturan dan struktur.
Tipe presepsi bersifat fleksibel dan spontan.
Hasil dari
Teori Kepribadian MBTI ini mendeskripsikan tipe kepribadian dengan mengidentifikasi
satu dari perbandingan dua sifat yang dimiliki individu.
Contohnya
ekstrovert dari masing – masing empat pasangan(misalnya ekstroversi atau
introversi) dan menggunakannya untuk membentuk tipe kepribadian,
Intuitif/Berpikiran/Menilai(INTJ) adalah visioner dengan pikiran orisinal dan
dorongan besar.
The Big Five Personality Model
Teori Big Five mengidentifikasi lima dimensi kepribadian,
yaitu neurotisme, kestabilan
emosional, keterbukaan, keramahan, dan pemikiran kritis.
Menurut teori big five personality, setiap individu bisa
lebih kuat atau lemah dalam setiap dimensi kepribadian.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai 5 dimensi kepribadian yang ada dalam teori big five
personality:
1. Openness(Keterbukaan)
Openness adalah dimensi kepribadian yang mencerminkan
keterbukaan seseorang terhadap sesuatu dan pengalaman baru.
2. Conscientiousness
Conscientiousness merupakan dimensi kepribadian yang
berhubungan dengan kehati - hatian seseorang dalam bertindak
3. Extraversion
Extraversion adalah dimensi kepribadian yang mencerminkan
cara seseorang berinteraksi secara sosial
4. Agreeableness
Agreeableness merupakan dimensi kepribadian yang
menggambarkan cara seseorang memperlakukan hubungannya dengan orang lain.
Dimensi kepribadian ini erat kaitannya dengan kepercayaan, altruisme(perhatian akan kesejahteraan orang lain tanpa melihat diri sendiri), kasih
sayang, dan perilaku prososial lainnya.
5. Neuroticism
Neuroticism adalah dimensi kepribadian yang mengacu pada
stabilitas emosi seseorang. Dimensi ini ditandai dengan kesedihan, kemurungan,
dan ketidakstabilan emosi.
The Dark Triad
Selain Teori Lima Besar, para peneliti telah mengidentifikasi
tiga sifat yang tidak diinginkan secara sosial, yang pada dasarnya kita semua
miliki dalam tingkat yang berbeda-beda: Machiavellianisme, Narsisme, dan
Psikopati.
1.
Machiavellianisme (menghalalkan segala cara untuk
mencapai tujuan)
Machiavelli bekerja sebagai kepala penasihat politik keluarga Medici yang berkuasa di Firenze, Italia dan nasihat politiknya yang paling populer berbunyi “the end justifies the means” yang kerap diterjemahkan menjadi “jika tujuan kita baik, cara kita mencapai tujuan tersebut (baik atau buruk) seharusnya tidak menjadi masalah”.
Nama Machiavelli kemudian digunakan dalam istilah psikologi untuk merujuk pada individu yang gemar menghalalkan segala cara seperti melakukan perbuatan curang, egois, acuh tak acuh, dingin, dan tidak peduli dengan perasaan orang lain untuk mencapai tujuannya.
2.
Narsisme(merasa dirinya lebih pantas diperhatikan dari
orang lain)
Individu dengan tipe kepribadian narsistik kerap mementingkan
diri sendiri, dominan, suka menjadi pusat perhatian, egois, dan gagal memahami
dunia dari perspektif orang lain.
Istilah ini juga bisa dirujuk untuk melihat sejauh mana individu menilai dirinya paling hebat, paling pintar, paling penting, dan menganggap orang lain lebih rendah dari dirinya.
3.
Psikopatik (memiliki sifat tega yang diluar batas)
Tipe kepribadian psikopatik dicirikan dengan sikap egois,
impulsif, kurangnya empati tidak peduli dengan aturan, tidak ada rasa
penyesalan,tidak konsisten, dan gemar membuat situasi menjadi tegang.
Tipe kepribadian ini menjadi dua, yaitu psikopat primer yang
diyakini memiliki fondasi genetik dan dikaitkan dengan keegoisan,
ketidakpekaan, serta psikopat sekunder yang mengacu pada gangguan emosional dan
perilaku antisosial akibat pengaruh lingkungan sekitar.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Individu
Perilaku individu adalah cara seseorang bertindak atau
berperilaku dalam berbagai situasi.
Beberapa faktor yang memengaruhi perilaku individu adalah:
1. Pendidikan
Pendidikan
yang diterima seseorang dapat mempengaruhi cara mereka berpikir dan bertindak.
Orang yang memiliki pendidikan yang baik mungkin lebih cenderung membuat
keputusan yang cerdas.
2. Pengalaman
Pengalaman hidup, baik yang baik maupun buruk, dapat membentuk perilaku seseorang. Pengalaman pribadi dan profesional dapat mengubah cara kita melihat dunia.
3. Nilai dan
Keyakinan
Nilai - nilai
dan keyakinan yang kita pegang erat memengaruhi tindakan kita. Mereka menjadi
panduan dalam mengambil keputusan.
4. Budaya dan
Lingkungan
Budaya
tempat seseorang tumbuh besar juga memainkan peran penting. Nilai - nilai dan
norma - norma dalam budaya tersebut dapat memengaruhi perilaku individu.
5. Teman dan
Keluarga
Teman-teman
dan keluarga juga dapat memengaruhi perilaku kita. Mereka bisa memberikan
dukungan atau tekanan sosial.
6. Tekanan dan
Stress
Tekanan
dari pekerjaan atau kehidupan pribadi dapat mengubah perilaku seseorang.
Beberapa orang mungkin merespons dengan stress dengan cara yang berbeda.
7. Tujuan dan
Motivasi
Tujuan-tujuan
pribadi dan motivasi dapat menjadi pendorong dalam tindakan kita. Orang mungkin
berperilaku berdasarkan apa yang ingin mereka capai.
Faktor Kepribadian yang Mempengaruhi Kerja Tim:
1. Ekstroversi
vs Introversi
Individu ekstroversi cenderung lebih terbuka untuk
berinteraksi dengan anggota tim, berbicara dalam rapat, dan berbagi ide.
Sebaliknya, individu introvert mungkin lebih suka berkontribusi melalui ide - ide
tertulis atau dalam kelompok kecil.
2. Kesadaran
terhadap Rincian
Orang yang memiliki tingkat tinggi kesadaran terhadap rincian cenderung cermat dalam mengikuti prosedur dan merencanakan tugas - tugas tim dengan baik, sementara mereka yang kurang cenderung lebih fleksibel dan kreatif.
3. Kesabaran
vs Impulsif
Tingkat kesabaran seseorang dapat memengaruhi seberapa baik mereka menangani tekanan dalam tim. Orang yang lebih sabar cenderung membuat keputusan yang lebih bijaksana, sementara yang impulsif dapat menghadapi risiko konflik.
Dampak Kepribadian pada Kinerja Tim :
1. Kesinambungan
dan Keselarasan
Tim yang memiliki anggota dengan kepribadian yang beragam
dapat mendatangkan manfaat besar, karena berbagai perspektif dapat meningkatkan
kreativitas dan inovasi. Namun, juga mungkin menghadirkan tantangan dalam
menjaga kesinambungan dan keselarasan dalam kerja tim.
2. Ketuaan
Orang dengan kepribadian yang dominan mungkin memiliki
kemampuan alami dalam memimpin tim, tetapi perlu diingat bahwa kepemimpinan
yang efektif juga memerlukan kemampuan mendengarkan dan memahami pandangan
anggota tim yang lain.
3. Pengelolaan Kepribadian dalam Organisasi
Penting bagi organisasi untuk mengakui peran penting
kepribadian dalam kinerja tim. Ini bisa melibatkan penggunaan tes kepribadian
atau pelatihan untuk membantu anggota tim memahami perbedaan kepribadian dan
cara terbaik untuk berkolaborasi.
Seorang pemimpin juga perlu memiliki pemahaman yang kuat tentang dinamika kepribadian dalam tim mereka dan mendorong komunikasi terbuka serta penggunaan kekuatan individu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar