Sabtu, 30 Desember 2023

Kepribadian dan Perilaku Individual


Nama                                     : Amanda Tiara Prameswari

Nim                                       : 236120900050

Dosen Pengampu                 : Bpk.Tofan Tri Nugroho,S.E.,M.M.

Prodi                                     : Bisnis Digital

Fakultas                               : Bisnis,Hukum dan Ilmu Sosial

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo



KEPRIBADIAN


Kepribadian atau personality berasal dari kata persona(bahasa latin), yaitu topeng yang digunakan dalam drama untuk menunjukkan peran tertentu atau penampilan yang bukan sebenarnya. Semua orang terlahir dalam keadaan belum memiliki kepribadian bagai kertas putih yang kosong.

Banyak hal yang bisa membentuk kepribadian individu, lingkungan juga membuat kepribadian tiap individu berbeda-beda. Kepribadian individu sangat mempengaruhi seseorang dalam berperilaku dan bertindak. Karena kepribadian yang menggerakkan kita akan melakukan suatu hal.

 

Teori-Teori Kepribadian

Teori kepribadian-Pekerjaan oleh John Hollad (Person-Job Fit)

            Adalah teori yang dipakai dalam upaya mencocokkan persyaratan pekerjaan dengan karakteristik kepribadian. Dalam teori ini orang-pekerjaan sangat cocok, artinya karakter dan kemampuan yang dimiliki orang tersebut sesuai dengan pekerjaan yang ditugaskan. Hal ini efektif untuk meningkatkan kepuasan dan hasil kerja.

Jadi teori ini memberikan kesempatan bagi individu untuk menyesuaikan pekerjaan dengan minat, kepribadian, dan kemampuan dapat menjadi pendekatan yang efektif antara pemimpin dan karyawan.

Person-Organization Fit

            Kepribadian yang dimiliki setiap individu menggerakkan untuk pemilihan organisasi mana yang cocok dengan pribadi mereka. Orang-organisasi pada dasarnya mencari mana yang cocok dengan pribadi masing-masng, berarti orang  tersebut tertarik dan terpilih oleh organisasi atas nilai atau kemampuan yang dimiliki.

Misalnya ada orang yang memiliki kepribadian ekstrovert berharap cocok ketika memilih organisasi yang berhubungan dengan nilai dan sosialisasi. Dan orang introvert akan lebih cocok memilih organisasi yang berhubungan dengan seni dan medsos.

Ada beberapa teori kepribadian yang dapat membantu memahami perilaku individu, antara lain :

The Myers-Brigss Type Indicator (MBTI)

            MBTI adalah instrumen penilaian kepribadian yang paling banyak digunakan di dunia. Ini adalah tes kepribadian dengan memberikan seratus banyak pertanyaan yang menanyakan kepada orang-oarang bagaimana perasaan atau tindakan mereka dalam suatu situasi.

            Hasil dari respon orang-orang yang telah melakukan tes dapat diklasifikasikan menjadi ekstrovert atau introvert (E atau I), sensing atau intuitif(S atau N), berpikir atau merasakan (T dan P), dan menilai atau memahami (J atau P).


•          Ekstrovert VS Introvert (E atau I)

Ekstrovert adalah orang yang ramah, mudah bergaul, dan tegas.

Introvert adalah orang yang pendiam dan pemalu.

•          Penginderaan(sensing) VS Intuitif(S atau N)

Tipe penginderaan bersifat praktis dan lebih menyukai hal-hal yang rutin, ketertiban, dan fokus pada detail.

Intuitif  mengandalkan proses bawah sadar dan menilai gambaran besarnya, sering kali spontan.

•          Berpikir(Think) VS Perasaan (T dan P)

Tipe berpikir menggunakan akal dan logika untuk menangani masalah.

Tipe perasaan bergantung pada nilai emosi pribadi mereka.

•          Menilai(Judge) VS Mempresepsi (J atau P)

Tipe penilai menginginkan kendali dan lebih menyukai keteraturan dan struktur.

Tipe presepsi bersifat fleksibel dan spontan.


Hasil dari Teori Kepribadian MBTI ini mendeskripsikan tipe kepribadian dengan mengidentifikasi satu dari perbandingan dua sifat yang dimiliki individu.


Contohnya ekstrovert dari masing – masing empat pasangan(misalnya ekstroversi atau introversi) dan menggunakannya untuk membentuk tipe kepribadian, Intuitif/Berpikiran/Menilai(INTJ) adalah visioner dengan pikiran orisinal dan dorongan besar.

The Big Five Personality Model

Teori Big Five mengidentifikasi lima dimensi kepribadian, yaitu neurotisme, kestabilan emosional, keterbukaan, keramahan, dan pemikiran kritis.

Menurut teori big five personality, setiap individu bisa lebih kuat atau lemah dalam setiap dimensi kepribadian. 


Berikut ini adalah penjelasan mengenai 5 dimensi  kepribadian yang ada dalam teori big five personality:

1.     Openness(Keterbukaan)

Openness adalah dimensi kepribadian yang mencerminkan keterbukaan seseorang terhadap sesuatu dan pengalaman baru.

2.     Conscientiousness

Conscientiousness merupakan dimensi kepribadian yang berhubungan dengan kehati - hatian seseorang dalam bertindak

3.     Extraversion

Extraversion adalah dimensi kepribadian yang mencerminkan cara seseorang berinteraksi secara sosial

4.     Agreeableness

Agreeableness merupakan dimensi kepribadian yang menggambarkan cara seseorang memperlakukan hubungannya dengan orang lain. Dimensi kepribadian ini erat kaitannya dengan kepercayaan, altruisme(perhatian akan kesejahteraan orang lain tanpa melihat diri sendiri), kasih sayang, dan perilaku prososial lainnya.

5.     Neuroticism

Neuroticism adalah dimensi kepribadian yang mengacu pada stabilitas emosi seseorang. Dimensi ini ditandai dengan kesedihan, kemurungan, dan ketidakstabilan emosi.



The Dark Triad

Selain Teori Lima Besar, para peneliti telah mengidentifikasi tiga sifat yang tidak diinginkan secara sosial, yang pada dasarnya kita semua miliki dalam tingkat yang berbeda-beda: Machiavellianisme, Narsisme, dan Psikopati.



1.                 Machiavellianisme (menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan)

Machiavelli bekerja sebagai kepala penasihat politik keluarga Medici yang berkuasa di Firenze, Italia dan nasihat politiknya yang paling populer berbunyi “the end justifies the means” yang kerap diterjemahkan menjadi “jika tujuan kita baik, cara kita mencapai tujuan tersebut (baik atau buruk) seharusnya tidak menjadi masalah”.

Nama Machiavelli kemudian digunakan dalam istilah psikologi untuk merujuk pada individu yang gemar menghalalkan segala cara seperti melakukan perbuatan curang, egois, acuh tak acuh, dingin, dan tidak peduli dengan perasaan orang lain untuk mencapai tujuannya.

2.                 Narsisme(merasa dirinya lebih pantas diperhatikan dari orang lain)

Individu dengan tipe kepribadian narsistik kerap mementingkan diri sendiri, dominan, suka menjadi pusat perhatian, egois, dan gagal memahami dunia dari perspektif orang lain.

Istilah ini juga bisa dirujuk untuk melihat sejauh mana individu menilai dirinya paling hebat, paling pintar, paling penting, dan menganggap orang lain lebih rendah dari dirinya.

3.                 Psikopatik (memiliki sifat tega yang diluar batas)

Tipe kepribadian psikopatik dicirikan dengan sikap egois, impulsif, kurangnya empati tidak peduli dengan aturan, tidak ada rasa penyesalan,tidak konsisten, dan gemar membuat situasi menjadi tegang.

Tipe kepribadian ini menjadi dua, yaitu psikopat primer yang diyakini memiliki fondasi genetik dan dikaitkan dengan keegoisan, ketidakpekaan, serta psikopat sekunder yang mengacu pada gangguan emosional dan perilaku antisosial akibat pengaruh lingkungan sekitar.


Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Individu 

Perilaku individu adalah cara seseorang bertindak atau berperilaku dalam berbagai situasi.

                                                       
 

Beberapa faktor yang memengaruhi perilaku individu adalah:

1.     Pendidikan

Pendidikan yang diterima seseorang dapat mempengaruhi cara mereka berpikir dan bertindak. Orang yang memiliki pendidikan yang baik mungkin lebih cenderung membuat keputusan yang cerdas.

2.     Pengalaman

Pengalaman hidup, baik yang baik maupun buruk, dapat membentuk perilaku seseorang. Pengalaman pribadi dan profesional dapat mengubah cara kita melihat dunia.

3.     Nilai dan Keyakinan

Nilai - nilai dan keyakinan yang kita pegang erat memengaruhi tindakan kita. Mereka menjadi panduan dalam mengambil keputusan.

4.     Budaya dan Lingkungan

Budaya tempat seseorang tumbuh besar juga memainkan peran penting. Nilai - nilai dan norma - norma dalam budaya tersebut dapat memengaruhi perilaku individu.

5.     Teman dan Keluarga

Teman-teman dan keluarga juga dapat memengaruhi perilaku kita. Mereka bisa memberikan dukungan atau tekanan sosial.

6.     Tekanan dan Stress

Tekanan dari pekerjaan atau kehidupan pribadi dapat mengubah perilaku seseorang. Beberapa orang mungkin merespons dengan stress dengan cara yang berbeda.

7.     Tujuan dan Motivasi

Tujuan-tujuan pribadi dan motivasi dapat menjadi pendorong dalam tindakan kita. Orang mungkin berperilaku berdasarkan apa yang ingin mereka capai.

 

Faktor Kepribadian yang Mempengaruhi Kerja Tim:

1.     Ekstroversi vs Introversi

Individu ekstroversi cenderung lebih terbuka untuk berinteraksi dengan anggota tim, berbicara dalam rapat, dan berbagi ide. Sebaliknya, individu introvert mungkin lebih suka berkontribusi melalui ide - ide tertulis atau dalam kelompok kecil.

2.     Kesadaran terhadap Rincian

Orang yang memiliki tingkat tinggi kesadaran terhadap rincian cenderung cermat dalam mengikuti prosedur dan merencanakan tugas - tugas tim dengan baik, sementara mereka yang kurang cenderung lebih fleksibel dan kreatif.

3.    Kesabaran vs Impulsif

Tingkat kesabaran seseorang dapat memengaruhi seberapa baik mereka menangani tekanan dalam tim. Orang yang lebih sabar cenderung membuat keputusan yang lebih bijaksana, sementara yang impulsif dapat menghadapi risiko konflik.


Dampak Kepribadian pada Kinerja Tim :

1.     Kesinambungan dan Keselarasan

Tim yang memiliki anggota dengan kepribadian yang beragam dapat mendatangkan manfaat besar, karena berbagai perspektif dapat meningkatkan kreativitas dan inovasi. Namun, juga mungkin menghadirkan tantangan dalam menjaga kesinambungan dan keselarasan dalam kerja tim.

2.     Ketuaan

Orang dengan kepribadian yang dominan mungkin memiliki kemampuan alami dalam memimpin tim, tetapi perlu diingat bahwa kepemimpinan yang efektif juga memerlukan kemampuan mendengarkan dan memahami pandangan anggota tim yang lain.

3.     Pengelolaan Kepribadian  dalam Organisasi

Penting bagi organisasi untuk mengakui peran penting kepribadian dalam kinerja tim. Ini bisa melibatkan penggunaan tes kepribadian atau pelatihan untuk membantu anggota tim memahami perbedaan kepribadian dan cara terbaik untuk berkolaborasi.

Seorang pemimpin juga perlu memiliki pemahaman yang kuat tentang dinamika kepribadian dalam tim mereka dan mendorong komunikasi terbuka serta penggunaan kekuatan individu.  

    

Pemahaman yang lebih baik tentang peran kepribadian dalam kerja tim dapat membantu organisasi meningkatkan produktivitas, menciptakan lingkungan kerja yang inklusif(mengajak), dan mencapai hasil yang lebih baik secara keseluruhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar